Sabtu, 14 Februari 2009

Jangan Tabdzir

Al-Israa’ : 26. Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara tabdzir.

Al-Israa’ : 27. Sesungguhnya para mubadzir adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.

Al-Faathir:6. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, Maka anggaplah ia musuh(mu), karena Sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala

Dalam surat Al Israa’ (17) ayat 26 Allah memerintahkan kita untuk memberikan hak keluarga-keluarga yang dekat, orang miskin, dan orang yang berada dalam perjalanan. Kemudian Allah melarang kita bersikap tabdzir karena dalam lanjutannya di ayat 27 di atas, Allah berfirman bahwa para mubadzir itu saudaranya syaitan, naudzubillah!!! tentu saya pribadi dan temen2 semua ga’ mau bahkan kepikiran aja ga’ pernah untuk menjadi saudara syaitan. Soalnya dalam ayat yang lain syaitan itu musuh kita, musuh koq dijadikan sedulur, Okey... Tapi perlu temen2 tau... sebenarnya apa arti tabdzir atau para mubadzir yang dimaksud ayat tersebut itu seperti apa?? Apakah sama dengan mubadzir dalam bahasa Indonesia? baik saya akan coba menjawab pertanyaan saya sendiri, (kan bukan kamu yang nanya...)

Kata mubadzir telah diserap bahasa Indonesia dari bahasa Arab. Dalam bahasa Indonesia kata mubadzir itu maksudnya sesuatu hal yang bermanfaat tapi tidak digunakan, misalnya di perpustakaan SMA 6, Ada sebuah buku kumpulan soal matematika, ada siswa yang tahu buku itu dan berkeinginan untuk mencoba mengerjakan soal2 tersebut di rumah tapi ketika akan membawanya ke petugas, eh dia ngliat ada buku Harry Potter, nah karena jumlah buku yang boleh dipinjam itu terbatas dan dia cuma bisa minjem 1 buku lagi, akhirnya dia malah memilih buku Harry Potter. (Tapi tenang aja, aku percaya siswa itu bukan kamu)
Mubadzir dalam bahasa Indonesia bisa juga diartikan sesuatu yang bermanfaat tetapi disia-siakan, misalnya ini nih... yang banyak terjadi di acara-acara resepsi pernikahan atawa pesta-pesta lain. Maksud saya begini, Karena saking bervariasinya makanan dan keliatan enak semua, mungkin sebagian orang bermaksud mencicipi semua... (mumpung gratisan) Nah mulai deh ngambil 1 piring nasi sup + ayam bakar, dimakan 1 sendok (wah enak), 2 sendok (tambah enak) 3 sendok (memang enak) 4 sendok (bener2 enak pokoknya) Nah.. di sendokan yang ke-n (melakukan observasi ingin tau ada menu apa lagi... oh ada sate, bakso, sama es krim, ganti menu ah...) makanan itu belum habis, tapi orang tersebut meninggalkannya (tidak menghabiskannya) dan mengambil makanan lain.

Kembali serius. Kemudian apakah mubadzir yang dimaksud Al-Qur’an itu seperti mubadzir dalam bahasa Indonesia? Ibnu Katsir mengutip definisi tabdzir para ulama salaf dalam tafsir Ibnu Katsir, diantaranya sebagai berikut,

Menurut Ibnu Abbas dan Ibnu Mas’ud, tabzir itu “Infaq fii ghoiri haqqin” artinya tabdzir itu membelanjakan harta di jalan selain yang haq atau selain yang Allah perbolehkan.

Imam Mujahid menjelaskan, tabdzir adalah “infaqu fii ma’siyatillah au fii ghoiri haqqin au fasadin.” Maksudnya tabdzir adalah membelanjakan harta di jalan yang maksiat atau di jalan selain yang haq atau untuk kerusakan.

Jadi kalo ada seseorang yang memiliki gaji 3 juta, dengan gaji itu dia sudah membayar listrik, air, SPP anaknya, dan memenuhi semua kebutuhan keluarganya kemudian ada sisa uang dan dia membeli sesuatu yang haram (contoh: rokok , minuman keras, judi, petasan) meskipun hanya 10.000 rupiah maka itu termasuk tabdzir.

Imam Qotadah menjelaskan, “Seandainya manusia/ hamba membelanjakan semua hartanya dalam haq maka itu bukan mubadzir, namun seandainya seorang hamba membelanjakan hartanya fii ghoiri haq meskipun hanya 1 mud (mud itu satuan arab, jumlahnya sangat sedikit-pen) maka itulah tabdzir”.


Tabdzir tidak bergantung dari jumlah uang. Jadi kalau ada orang yang menghabiskan 30 juta untuk pergi haji, itu tidak termasuk tabdzir begitu pula orang tua qta menyekolahkan qta dari TK sampai sekarang menghabiskan uang entah berapa juta itu juga bukan tabdzir. Sedikit keluar dari judul, orang tua kita sudah bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan kita, maka jangan kasar ya sama orang tua, ingat Allah melarang kita untuk berkata ah, apalagi membentak-bentak ortu ketika ortu ga ngasih yang kita mau. Al-Qur’an surat Al-Israa’ (17) : 23, “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia.”


Maka definisi tabdzir yang dimaksud Al-Qur’an yakni seperti uraian para ulama salaf di atas, karena memang kita diperintahkan untuk memahami Al-Qur’an dan As Sunnah sesuai dengan pemahaman para salafush sholih.


Dan ingat temen2, orang yang tabdzir atau mubadzir itu saudaranya syaitan. Manusia yang tabdzir kenapa bisa menjadi saudara syaitan yang kufur kepada Allah? Karena mubadzir atau orang yang tabdzir itu menggunakan rezeki yang sudah diberikan Allah untuk bermaksiat kepada Allah, maka artinya mubadzir telah kufur nikmat. Lebih jauh lagi seorang yang tabdzir dapat menjadi ahlun Naar (penghuni neraka) seperti dalam al-qur’an surat Faathir ayat 6 di atas. Ya Allah berikanlah kami Rezeki yang baik dan tunjukkanlah kepada kami agar kami bisa membelanjakan rezeki tersebut di jalan yang haq dan lindungilah kami dari tabdzir. Wallahu A’lam

Tidak ada komentar: